
Karangnongko ~ Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit
,merupakan sebait kalimat motivator untuk maju dan maju bagi siapapun dalam
kehidupan ini.
Memang
tidaklah salah memiliki cita-cita tinggi serta mulia ,namun dalam kenyataan
hidup ini terkadang harus menemui nasib yang berkata lain.
Seperti
para penambang pasir manual yang bekerja di lereng Merapi ,menambang merupakan
buah pekerjaan utama guna menegakkan periuk dirumahnya.Rasanya tidak ada pilihan
lain kecuali harus kelokasi kalau ingin
makan ,walaupun dengan menguras seluruh tenaga sementara hasilnya minim demikian penuturan sejumlah penambang pasir .
Rerata
mereka merupakan SDM dengan segala keterbatasan, mulai dari aspek sosial , ekononomi serta
keterampilannya.Sehingga ilmu menambang yang naluriah dan tradisional dijalani begitu saja ,bak air mengalir tanpa
berhitung resiko yang mengancamnya.Mereka sama sekali tidak menggunakan alat
pengaman dalam bekerja dilapangan.

Sebagaimana
penuturan Suparman ( 49 tahun) warg Gegermoyo beberapa tahun lalu musibah
menimpa ketika sedang melakukan penambangan di Balerate ,kaki kanannya tertimpa
batu besar dan membuatnya tulang kakinya remuk dan patah.
Selama setahun kemudian diakui tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari.Baru setelah dioperasi dan dipasang pen lambat laun mulai membaik kendatipun tetap cacat permanen hingga kini.
Selama setahun kemudian diakui tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari.Baru setelah dioperasi dan dipasang pen lambat laun mulai membaik kendatipun tetap cacat permanen hingga kini.
Demikian
pula Gandung ( 35 tahun) warga Malangsari , jelang hari Raya Idul Fitri tahun
lalu mengalami nasib apes di kali Woro saat menambang pasir bersama kedua orang tuanya.Tiba-tiba saja
tebing pasir setinggi belasan meter runtuh menimpa tubuhnya, nyawanya selamat namun harus menerima kenyataannya salah satu kakinya patah dan
cacat permanen. Sekarang tidak bisa lagi menambang pasir ,katanya pada klaten
info.
Nasib
apes juga pernah dialami Ngadinu ( 52 tahun ) warga Karangnongko yang mengalami
kecelakaan kerja saat menambang pasir di kali Woro beberapa tahun silam yang
membuatnya tulang kaki kanannya patah dan menjadikannya cacat seumur hidup.
Diakuinya
banyak korban luka dan cacat permanen dialami penambang manual , disamping itu pernah
terjadi musibah hingga teman serombongan tewas mengenaskan akibat tertimbun
reruntuhan pasir dan batu di lokasi penambangan namanya Tarno masih muda ,kenangnya.
Peristiwa
tragis dan memilukan yang banyak menimpa para penambang mulai cacat ringan , permanen hingga
tewas menjadi sebuah catatan buram rakyat kecil menantang resiko untuk mencari
sesuap nasi.
Barangkali
peristiwa semacam ini tidak akan mudah berhenti dan hilang begitu saja
sepanjang lapangan kerja yang lebih layak dapat ditemukan oleh mereka yang
serba keterbatasan dalam hidupnya.
Oleh : Kiswanto
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !